Berita Terbaru

Kenaikan Harga Ayam Potong Dalam Negeri, Membuat Banyak Pedagang Ayam Mogok Berjualan



SERANG, BewaraNews.Com – Kelangkaan daging ayam terlihat di Pasar Tradisional RAU Kota Serang, sejumlah pedagang ayam potong memilih mogok berjualan dikarenakan lonjakan harga daging ayam yang terlampau tinggi sehingga berdampak pada sepinya pembeli. Selasa (4/7/2023).

Sebut saja mang Kumis (bukan nama Asli), Salah seorang pedagang ayam di Pasar Tradisional RAU yang juga mengeluhkan lonjakan harga tersebut. Menurutnya, kenaikan harga daging ayam potong terjadi sebelum hari Raya Idul Adha 1444 H kemarin. Akan tetapi hingga saat ini kenaikan harga tersebut tak kunjung mengalami penurunan.

“Sebelum kenaikan masih jual di harga Rp 32 .000 perkilo, jelang lebaran haji sampai sekarang ini masih di harga Rp 45.000 perkilo nya. Sekarang jadi sepi pembeli, penjual juga banyak yang mogok jualan soal modal beli nya juga tinggi. Padahal pedagang cuma dapat keuntungan tipis itu aja pembelinya sepi gimana mau kita naikan harganya lagi buat nambah keuntungan,” Ucap bang Kumis saat dijumpai di lapak jualannya.

Biasanya Siklus kenaikan bahan pangan terjadi menjelang hari-hari besar dan kembali stabil setelahnya. Namun kali ini nampak berbeda, lonjakan yang terjadi pada harga daging ayam tak kunjung turun hampir sepekan ini, sehingga banyak pedagang daging ayam gulung tikar.

Fenomena tersebut juga membuat Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) ikut angkat bicara. Pasalnya disuatu megara yang memiliki banyak peternak ayam belum dapat menjamin kestabilan harga jual daging ayam potong.

“Sebagai negara yang kekayaan alamnya berlimpah, ternyata tidak lepas dari permasalahan kenaikan harga didalam negeri. Salah satunya kenaikan harga pokok ayam potong dalam negeri yang melonjak sangat jauh. Hal ini karena kenaikan harga pakan yang sudah mencapai 30% dalam 2 tahun terakhir menjadi penyebab melonjaknya harga daging ayam. Tingginya harga pakan yang sudah mencapai Rp 9.500/Kg dari semula Rp 6-7.000/Kg hingga naiknya harga DOC atau bibit ayam masih menjadi penyebab harga daging ayam naik. Sehingga harga daging yang tinggi tidak lantas membuat peternak untung karena modalnya sudah besar,” dikutip dari Herry Dermawan selaku Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan).

Apa dampaknya terhadap masyarakat terkait kenaikan harga ayam potong dalam negeri?

Berdasarkan salah seorang pedagang dengan nama panggilan Mang Kumis sebagai salah satu penjual ayam potong dalam negeri di pasar tradisional RAU RTC Serang, Banten mengatakan “Semenjak harga ayam terus melonjak naik banyak para pedagang ayam potong dalam negeri mogok berjualan, akibatnya banyak masyarakat yang berjualan membutuhkan ayam potong dalam negeri meniadakan menu ayam dalam penjualan mereka akibat banyaknya pedagang ayam potong dalam negeri yang mogok berjualan,”

Herry juga menjelaskan, Solusi yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam menanggapi fenomena ini adalah dengan menekan angka impor bibit ayam dari luar negeri. Dan lebih menekankan penjualan produk ayam potong dalam negeri sehingga masyarakatnya tidak perlu khawatir akan kenaikan harga pokok ayam potong dalam negeri.

“Indonesia sangat bergantung pada harga bibit ayam luar negeri sehingga harga bibit ayam bergantung pada situasi ekonomi dunia. Indonesia sudah menjadi yang pertama untuk menciptakan bibitnya, bibit ayam yang lebih dikenal dengan nama Great Grand Parent Stock (GGP) di Asia. Ayam yang dihasilkan dari bibit tersebut memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan bibit ayam yang berasal dari negara lain. Karakteristik ini membuat bibit ayam dari Indonesia cocok terhadap iklim tropis yang ada di Indonesia,” kata Herry.

Untuk itu pemerintah juga diharapkan untuk tetap berkolaborasi aktif dengan para pelaku usaha, sehingga keberhasilan CV dalam penerapan kebijakan dapat benar-benar dirasakan masyarakat. (Red)

Previous
« Prev Post
Show comments
Hide comments

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *